Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ
أَكْرَمَ مَنِ اتَّقَى بِمَحَبَّتِهِ وَأَوْعَدَ مَنْ خَالَفَهُ بِغَضَبِهِ
وَعَذَابِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بِالْهُدَى
وَالدِّيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا
مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ الله وَخَيْرِ خَلْقِهِ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ
جَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِهِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ،
اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: مَا يَلْفِظُ مِنْ
قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ;
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada
siang yang penuh keberkahan ini, Khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi
dan kepada panjenengan semua untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan menjalankan perintah Allah dan
Rasulullah serta meninggalkan larangan Allah dan Rasulullah.
Jamaah jum’ah
Pada
kesempatan ini kita membahas sebuah fenomena sosial yang hari ini hadir di
rumah-rumah kita, ruang kelas kita, bahkan dalam cara anak muda mengekspresikan
diri: yaitu perubahan karakter generasi. Zaman
akan terus berganti. Setiap generasi memiliki konteks, tantangan, dan caranya
sendiri. Hari ini, kita melihat anak-anak kita, **Generasi Z** yang lahir
antara 1997-2012, cenderung mencari keseimbangan hidup (*slow living*) dan
sangat peduli pada kesehatan mental. Sementara adik-adik mereka, **Generasi Alpha**
(lahir 2013-sekarang), adalah generasi digital sejati yang sangat cepat, jujur
tanpa filter, dan terbiasa dengan segala sesuatu yang instan.
Perbedaan
ini seringkali menimbulkan kesenjangan komunikasi. Kadang kita sebagai orang
tua atau guru merasa bingung, bahkan tersinggung, dengan sikap mereka yang
terkesan kurang sopan atau tidak sabaran. Namun, marilah kita renungkan sabda
Rasulullah SAW:
**«
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ
سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا
بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ »**
*"Perintahkanlah
anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka
(karena meninggalkannya) ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah
tempat tidur mereka."* (HR. Abu Daud).
Hadis
ini mengajarkan kita tentang **pentingnya menyesuaikan metode pendidikan dengan
usia dan kemampuan akal anak**. Tidak bisa kita samakan cara mendidik anak usia
7 tahun dengan 10 tahun, apalagi memaksakan cara didik zaman kita kepada
anak-anak yang hidup di zaman serba digital.
|
Generasi |
Tahun Kelahiran (Umum) |
Karakteristik Utama |
Konteks Pembentuk (Zeitgeist) |
|
Baby Boomers |
1946–1964 |
Loyal, pekerja keras,
disiplin, menghargai hierarki, orientasi stabilitas. |
Fase pasca-perang, ekonomi
tumbuh, pola keluarga besar, pendidikan terbatas namun meningkat. |
|
Generasi X |
1965–1980 |
Mandiri, kritis, fleksibel,
adaptif, menghargai keseimbangan kerja-hidup. |
Transisi menuju globalisasi,
lahirnya teknologi informasi, ekonomi mulai kompetitif. |
|
Generasi Y / Millennials |
1981–1996 |
Digital adopter,
kolaboratif, kreatif, mencari makna hidup, menghargai kebebasan. |
Munculnya internet, gadget
awal, perubahan budaya kerja, pendidikan lebih terbuka. |
|
Generasi Z |
1997–2012 |
Digital native, visual,
cepat, mencari keseimbangan (slow living), pragmatis, lebih peduli kesehatan
mental. |
Smartphone sejak kecil,
media sosial, budaya multitasking, krisis ekonomi global, awareness isu
keadilan & identitas. |
|
Generasi Alpha |
2013–2025 |
Sangat digital, to the
point, jujur tanpa filter, terbiasa instan, visual ekstrem (AI, VR/AR),
sangat adaptif. |
Dunia serba digital sejak
lahir, AI dan platform edukasi, screen-based learning, percepatan budaya
& konsumsi. |
Dua generasi ini mengalami
burnout. Burnout adalah kondisi ketika seseorang merasa kelelahan total, baik secara fisik maupun mental,
akibat tekanan yang terus-menerus. Dalam keadaan ini, energi seperti habis,
semangat menurun, dan hal-hal yang biasanya mudah dikerjakan pun terasa berat.
Orang yang mengalami burnout sering merasa jenuh, sulit fokus, dan seperti
tidak punya tenaga untuk berpikir atau bekerja. Sederhananya, burnout adalah capek yang menumpuk sampai membuat seseorang benar-benar kewalahan.
Berikut contoh percakapan Gen
Alpha dengan generasi sebelumnya dengan gaya komunikasi to the point,
jujur tanpa filter, dan cenderung literal—sering membuat orang tua kaget atau
tak siap.
1.
Contoh: Tentang Makan & Umur. Nenek: “Makan yang banyak ya,
Nak, biar cepat gede dan pinter.” Cucu (Gen Alpha): “Kalau aku gede,
nenek masih hidup nggak?”
2.
Contoh: Tentang Tugas Sekolah. Ibu: “Tugas sekolahnya dikerjain dulu ya.” Anak: “Kenapa harus
aku? Kan yang butuh nilai sekolah, bukan aku.” —Logika lurus dan kritis, meski
tidak sesuai etika tradisional.
3.
Contoh: Tentang Ibadah. Ayah: “Ayo salat dulu, Nak.” Anak: “Allah marah nggak kalau aku
salatnya 5 menit lagi?”
—Bukan membantah, tetapi
bertanya eksplisit tentang konsekuensi.
Berikut mencerminkan gaya khas
Gen Z yang absurd, self-aware, sedikit nyeleneh.
1.
Tentang Nikah. Ibu: “Kapan kamu nikah? Kamu nunggu apa?” Gen Z: “Nunggu stabil,
Bu… stabil pemasukan, stabil emosi, stabil dunia.”
2.
Tentang Masa Depan. Ibu: “Cita-citamu apa sih?”. Gen Z: “Hidup tenang, Bu. Tapi
katanya itu cuma ada di surga.”
Gen Alpha dan Gen Z sama-sama melihat generasi
sebelumnya sebagai sosok yang sering ribet, kurang konsisten, kurang memahami
dunia digital, serta masih membawa pola pikir lama tentang kedisiplinan, kerja
keras, dan ekspresi emosi. Gen Alpha bingung ketika aturan tidak jelas,
penyampaian nasihat berputar-putar, atau dunia digital mereka dianggap sekadar
“mainan.” Sementara Gen Z merasa ditekan oleh standar hidup yang kaku, tuntutan
“tahan banting,” minimnya penghargaan terhadap kesehatan mental, serta ketidaksiapan
generasi sebelumnya mengikuti perubahan teknologi dan cara hidup era sekarang.
Di sisi lain, kedua generasi ini mengharapkan hal yang
serupa: komunikasi yang jelas, jujur, dan dua arah; konsistensi antara ucapan
dan tindakan; penerimaan terhadap dunia digital; ruang aman untuk
mengekspresikan emosi; serta fleksibilitas dalam pilihan hidup yang tidak harus
meniru pola masa lalu. Intinya, mereka ingin dipahami sesuai konteks zaman
mereka—yang bergerak lebih cepat dan lebih kompleks—serta didampingi tanpa
dikontrol berlebihan.
Lalu, Bagaimana
Generasi Terdahulu Mengasuh Mereka?
Pertama,
dari mengontrol menjadi memahami
Generasi Alpha dan Z tidak
dapat dibentuk dengan pola lama: “Pokoknya ikuti orang tua.”
Mereka butuh penjelasan,
dialog, dan alasan yang rasional. Al-Qur’an sendiri menggunakan pendekatan
dialogis:
“Tidakkah kamu berpikir? Tidakkah kamu merenung?”
Ini menunjukkan bahwa pendidikan berbasis kesadaran lebih kuat daripada
pendidikan berbasis otoritas.
Kedua, dari
memaksa menjadi menuntun
Rasulullah SAW bersabda: "Ajarkanlah
anak-anak sesuai dengan kadar akalnya."
Generasi Alpha yang terlalu
jujur bukan berarti kurang adab; mereka hidup di dunia yang menghargai
keterbukaan. Maka tugas kita adalah menanamkan cara menyampaikan kebenaran
dengan hikmah, bukan mematikan keberanian mereka.
Generasi Z yang ingin slow
living bukan pemalas; mereka merespon dunia yang burnout. Maka tugas kita
adalah menanamkan tanggung jawab tanpa menghancurkan kesehatan mental mereka.
Ketiga,
membangun adab melalui keteladanan, bukan ceramah
Anak-anak hari ini tidak hanya
belajar dari ucapan kita, tapi dari: bagaimana kita memperlakukan orang lain, bagaimana
kita mengatur emosi, bagaimana kita menghadapi perbedaan, dan bagaimana kita
memperlakukan mereka.
Rasulullah mendidik melalui presence,
akhlak, dan konsistensi—bukan hanya melalui perintah.
Keempat,
menyesuaikan metode tetapi menjaga prinsip
Prinsip Islam tidak berubah: kejujuran,
sopan santun, kerja keras, tanggung jawab, kasih sayang. Yang berubah hanya
cara menanamkannya. Generasi digital membutuhkan metode digital. Generasi
ekspresif membutuhkan ruang dialog. Generasi cepat membutuhkan kurikulum nilai
yang lebih terstruktur. Nilai tetap sama; pendekatan harus berubah.
Jama’ah Jumat rahimakumullah,
Perubahan generasi bukan
ancaman—tetapi amanah. Allah menguji kita dengan anak-anak yang hidup pada
zaman mereka sendiri, bukan zaman kita. Maka: Dengarkan mereka sebelum
menasihati; Pahami mereka sebelum menghakimi; Tuntun mereka dengan hikmah,
bukan kemarahan; Perbarui cara mendidik, tetapi teguhkan nilai yang kita imani.
Semoga Allah menjadikan
keluarga kita rumah yang dipenuhi rahmat, dan menjadikan anak-anak kita
generasi yang lebih baik daripada kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا
كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ لله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ،
اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بعْدُ.
فَيَا
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا الله تَعَالىَ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ
وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ
وَالْجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ
قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ
أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا،
اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ
سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ في ِالْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ
وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَيِّدِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ
التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ
يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ
وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِ
الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
**اللَّهُمَّ انْظُرْ إِلَى أَبْنَائِنَا وَبَنَاتِنَا مِنْ أَجْيَالِ
زِيْد وَ أَلْفَا نَظْرَةَ رَحْمَةٍ وَعِنَايَةٍ**
**اللَّهُمَّ اهْدِهِمْ وَاهْدِ بِهِمْ، وَاجْعَلْهُمْ قُرَّةَ
أَعْيُنٍ لَنَا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ**
**اللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَهُمْ، وَاشْرَحْ صُدُورَهُمْ، وَقَوِّ
عُقُولَهُمْ، وَاجْعَلْهُمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ**
**اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى تَرْبِيَتِهِمْ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ، وَاجْعَلْنَا لَهُمْ قُدْوَةً صَالِحَةً فِي
الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ**
**اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا فِي ذُرِّيَّاتِنَا، وَاحْفَظْهُمْ
بِحِفْظِ الْإِيمَانِ، وَارْزُقْنَا بِرَّهُمْ فِي الْعُمْرِ وَالصِّحَّةِ**
**رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا**
رَبَّنَا اَتِنَا فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ





