Indikator Konservatif Radikal

Monday 1 February 2021

Khotbah I

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ الزَّادِ وَاللِّبَاسِ وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم الحِسَاب اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا ، أَمَّا بَعْدُ ، 
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ (البقرة 143)


 

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
Pertama, mari kita mengingatkan pribadi kita masing-masing untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, utamanya dengan senantiasa berusaha menjalani segala perintah Allah an menjauhi larangannya. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di yaumul qiyamah.

Dalam kesempatan kali ini, khatib mengajak pribadi khatib juga para jamaah untuk mengkaji Indikator paham atau sikap konservatif yang mengarah radikal yang lebih mudah. Hal ini pernah disampaikan oleh Gus Nadirsyah Hosein beberapa waktu lampau.

Jamaah Jumah rahimakumullah

Belum lama rasanya di media sosial dihebohkan dengan wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang oleh Kementerian Agama pada masa Menteri Fachrul Razi. Hal ini ditengarahi dengan masih maraknya radikalisme agama. Akan tetapi, dapatkah menggunakan indikator pakaian itu saja untuk menandai paham radikal?

Adalah salah satu pakar keagamaan, Gus Nadirsyah Hosen, ia menyederhanakan indikator dalam melihat seseorang radikal.

Pertama, dalam hal keyakinan ia mudah mengkafirkan orang yang berbeda pandangan dengan dirinya. Paham mengkafirkan orang ini lazim dikenal dengan istilah takfiri. Seringkali perbedaan pendapat tersebut tidak menyentuh ranah yang prinsipil (ushuliyah), tetapi hanya sebatas dalam kerangka ubudiyah yang sifatnya furu’ (cabang).

Contoh ibadah yang sering mendapatkan sorotan dari kelompok tertentu adalah ziarah kubur dan peringatan maulid Nabi. Dalil yang dikeluarkan oleh mereka (kelompok takfiri) itu adalah dalil hadis fainna kulla bid’atin dhalalah, wakullu dhalalatin fi al-nar (sungguh semua bid’ah adalah sesat, dan semua kesesatan berada di neraka). Penggalan kalimat tersebut menjadi senjata ampuh bagi mereka untuk mengkafirkan sesama umat Islam, hanya karena berbeda dalam praktik ubudiyah.

Sedangkan kalau kita belajar balaghah (sebuah disiplin ilmu tentang bahasa), ada istilah ithlaqul ‘am irodatul juz’i (menyebutkan semua, tapi yang dikehendaki hanya sebagian). Seperti kasus di atas, tidak semua hal baru (bid’ah) yang dimaksud sesat, melainkan bid’ah yang tidak memiliki landasan syariat, sedangkan bid’ah yang memiliki landasan syariat ia tetap boleh diamalkan dalam praktik ibadah sehari-hari. Islam menghendaki perbedaan pendapat, namun tidak memberikan kuasa untuk saling mengkafirkan.

 

Kedua, dalam tindakannya ia membunuh orang lain tanpa alasan yang dapat dibenarkan.

Orang radikal seringkali merasa terpanggil untuk “berjihad” dengan membunuh sesama muslim maupun sesama manusia yang berbeda agama, tapi masih satu tanah air. Naluri kemanusiaannya tumpul akibat obsesi ingin masuk surga firdaus dengan jalan pintas. Setiap yang berbeda baginya perlu diserang dan dilenyapkan. Tipe umat yang seperti ini hadir barangkali karena kurang mendalamnya pemahaman tentang ajaran Islam. Islam bukanlah agama yang mengajarkan peeprangan, perang hanya diperbolehkan sebagai jalan terakhir untuk mempertahankan diri ketika diserang terlebih dahulu oleh pihak musuh.

Tipe radikal yang kedua ini bisa jadi juga kurang tuntas membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad yang pernah hidup berdampingan di Madinah dengan penganut agama lain. Selain tinggal dalam satu kawasan yang sama, Nabi juga pernah menggadaikan baju perang besinya kepada seorang pemeluk Yahudi. Keengganan belajar sejarah menyebabkan orang hilang akal sehat, tak dapat membedakan non-muslim yang layak diperangi dan mana yang layak disayangi.

 

Ketiga, radikal adalah mereka yang ingin mengganti dasar negara yang sudah melalui kesepakatan pendiri bangsa yang terdiri dari berbagai elemen. Sistem yang ingin dijadikan sebagai pengganti itu bisa Negara Islam Indonesia (NII), khilafah, atau sistem bernegara lainnya yang di luar kesepakatan yang sudah ada.

Orang-orang yang meyakini khilafah adalah satu-satunya solusi permasalahan negara terjebak pada romantisme masa silam. Seolah sistem khilafah tak pernah cacat dan benar-benar satu-satunya sistem yang diridai dalam Islam. Padahal, jika kembali membuka lembar sejarah, kita akan mendapatkan banyak sekali catatan hitam dalam pemerintahan dengan sistem khilafah. Baik yang terjadi dalam kekhilafahan Bani Umayah maupun Bani Abbasiyah.

Di dalam ajaran Islam tidak pernah ada keterangan yang menjelaskan tentang sistem pemerintahan, Alquran sebagai pedoman hidup umat Islam juga tidak sekalipun menyebut kata khilafah. “Khilafah adalah fakta sejarah, tapi bukan inti ajaran Islam”. Sistem pemilihan pemimpin dalam Islam tidak diatur secara khusus. Sehingga sangat dimungkinkan beberapa pilihan dalam memilih pemimpin dan sistem bernegara.

Terkhusus Indonesia, demokrasi adalah sistem yang sudah pas dengan kondisi Indonesia. Hal ini berkaitan dengan latar belakang suku, budaya, dan agama masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Pun dengan sistem khilafah masih sangat ambigu, tidak ada konsep jelas yang ditawarkan oleh para pengusung sistem ini di abad 21 ini. Siapa yang akan menjadi khalifah atau pimpinan tertinggi umat Islam? Lalu negara mana yang akan menjadi pusat pemerintahannya?

Jamaah Jumah rahimakumullah

Ketiga indikator inilah yang ditawarkan Gus Nadirsyah Hosen supaya lebih konkret dalam melihat radikalisme. Jangan menyasar ke cara berpakaian, karena ini dapat membahayakan kebebasan orang dalam mengekspresikan keberagamaannya. Kalaupun ada orang yang pernah tersangkut kasus terorisme dan radikalisme menggunakan identitas baju keagamaan tertentu, kita mesti meyakini, ia bukan mewakili pemahaman kelompok tersebut, melainkan hanya oknum.

Pada akhirnya, menjadi moderat bukanlah hal gampang dan bukan untuk menggampangkan. Demikian pula, untuk mengklaim orang lain sebenarnya bukanlah hak kita sesama umat, dan jikapun kita perlu melakukan klaim, tetaplah harus didasari oleh ilmu. Wallahu al’am.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khotbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.  
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ  وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

Kemenag-R.I. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Shihab, M. Q. (2019). Wasathiyah: Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama. Ciputat: Lentera Hati.

Tanya Jawab Moderasi Beragama. (2019). Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

 


0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Modifikasi Website | cucubumi