Oleh Fathurozi
Michael H. Hart (1978) dalam bukunya
yang berjudul “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah”. Dia
menempatkan nabi Muhammad saw pada urutan pertama, lalu posisi kedua Isaac
Newton (Fisikawan), kemudian ururtan ke tiga Yesus/Nabi Isa. Mungkin penempatan
ini sudah melalui tahapan pengajian mendalam.
Tak heran jika Muhammad saw sangat
diidolakan pengikutnya. Umat Islam selalu melaksanakan apa yang diberbuat Nabi
hingga sekarang masih langgen laksanakan di seantero nusantara. Tiap datangnya
bulan Maulid, tepatnya perayaan lahirnya pemimpin reformasi yakni Nabi Muhammad
saw.
Jutaan umat Islam di Indonesia
memperingati tradisi ini dengan beraneka ragam acara dipersiapkan seperti
pengajian akbar, lomba tilawah, rebana, azan, sepeda santai, pasar murah, dan
khitanan massal. Kegiatan ini sudah jadi tradisi umat Islam di belahan dunia. Namun bagi
penganut aliran fundamentalis, kegiatan seperti maulid dianggap Bid’ah.
Padahal perayaan maulid sudah
berlangsung sejak Sultan Salahuddin al-Ayyubi, mengadakan mualid dengan
kegiatan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi,
diikuti seluruh ulama dan sastrawan. Syaikh Ja`far al-Barzanji bin Husin bin
Abdul Karim menjadi pemenang pertama dalam kompetisi tersebut, dengan karya
kitab Barzanji. Nama asli kitab barzanji adalah Iqd Al Jawahir (kalung permata),
kitab yang mengisahkan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW sejak kecil, remaja,
dewasa hingga menerima risalah ke-Rosulan dan kisah perjuangannya.
Belakangan judul kitab itu, disingkat Al
Barzanji, lantaran buyut syekh Jafar berasal dari Barzinji, Kurdistan, dalam
perkembangan, pembacaan al-Barzanji dilakukan di berbagai kesempatan, misalnya
acara cukur rambut bayi (akikah), khitanan dan pernikahan.
Tradisi maulid ini, meningatkan kembali
perjuangan nabi, sekaligus membentengi dari serangan aliran-aliran yang ingin
memberangus tradisi maulid. Hanya ada satu tokoh yang patut menjadi idola
masyarakat yakni Nabi Muhammad saw.
Esensi Berkat
Masyarakat Tegal memiliki perayaan
Maulid yang berbeda dengan daerah lain, mereka
rela mengorbankan harta hingga ratusan ribu rupiah. Yang membuat unik
adalah orang dewasa, remaja, anak-anak hingga abangan hanyut dalam acara
tersebut.
Rumah-rumah penduduk dikunci, biasanya
kaum Adam, melaksanakan ritual ini di
musholla atau mesjid, kegiatan maulid di
mulai setelah salat Isya, sedangkan kaum Hawa di rumah tokoh agama sehabis
salat Maghrib. Masyarakat hanyut dalam kesakralan perayaan maulid, seperti yang
terlihat di desa Pecabean, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.
Maulid berisi pembacaan kitab Barzanji
secara bergantian, dari satu orang ke orang lain. Ketika orang yang tergilir
membaca Barzanji, yang lain menyimak. Di tengah-tengah acara ada asrakalan
(puji-pujian sholawat) diiringi alat rebana, di ujung acara masyarakat
menyediakan jajanan pasar dan teh hangat, tiap satu rumah diharuskan mengasih
konsumsi, berlaku satu malam hingga 12 hari.
Pucak acara diadakan syukuran biasa
orang Tegal menyebut Slamatan, ia (masyarakat) di haruskan membuat berkat
semampunya. Berkat pada perayaan maulid berbeda dengan berkat hajatan nikah,
khitanan, jika berkat pada hajatan biasa mengunakan besek (tempat menaruh nasi dan lauk pauk), sebaliknya,
masyarakat dalam membuat berkat maulid begitu istimewa, tempat berkat adanya pakai
panci, wajan (alat pengoreng), kompor minyak, sangku, baskom, dan sebagainya,
berisi bahan-bahan sembako, lalu diatasnya
ditutupi sapu tangan atau dihiasi pernak-pernik dari kertas, bagi orang
kaya akan ditambah sarung, peci atau perlengkapan sholat yang lain.
Tiap keluarga membuat 3 hingga 5 berkat,
ada juga yang membuat 200 berkat, itu tergantung pada tingkat ekonomi. Kemudian
berkat di kumpulkan di musholla atau
mesjid pada malam kelahiran Nabi Muhammad saw yakni tanggal 12 Rabiul
Awwal tahun gajah, disebut tahun gajah karena waktu itu, kabah di serang oleh
pasukan kafir Quraisy berkendaraan gajah.
Selain itu, pemilik usaha rumahan yakni
logam, tekstil yang ada di Tegal juga memanfaatkan momentum ini, untuk
mempererat persaudaran antar pemimpin dengan bawahan (pekerja), dengan cara
memberikan berkat.
Seiring perkembangan zaman, memperingati
maulid dengan menyuguhkan konsumsi dan selamatan mengunakan berkat mulai luntur, lantaran ada sebagian orang
yang menginginkan diganti berupa uang.
Dengan uang nantinya bisa digunakan
untuk memperbaiki tempat ibadah. Namun, masyarakat tak mau mengubah tradisi ini
karena mereka percaya dengan menyuguhkan makanan berbentuk berkat akan
memperoleh berkah. Inilah keunikan perayaan maulid di Tegal.
Maulid semata-mata mempertebal kecintaan
umat kepada nabi akhir zaman. Esensi berkat mengajari hidup bermasyarakat tanpa
membeda-bedakan suku, ras dan agama. Kearifan lokal lokal berpandangan
modernisme tidak bisa ditolak karena produk ini sudah menyebar secara global.
Namun kedua budaya ini membutuhkan pengelolaan khusus sehingga tidak
menimbulkan konflik.
Post on 31-Dec-2015
https://vdocuments.mx/keunikan-perayaan-maulid-nabi-di-tegal.html
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !