
Bisa dikatakan usia pesantren sama dengan masuknya Islam di Nusantara. Namun sebagian orang beranggapan sistem pendidikan di pesantren ketinggalan zaman karena mempertahankan tradisi kuno dan konservatif. Pandangan ini ada benarnya juga karena kurikulum pesantren hanya mengkaji seputar ilmu-ilmu agama seperti tauhid, tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh, tasawuf, bahasa Arab (nahwu, sharaf, balangah, matiq).
Pengajarannya mengunakan metode wetonan-bandongan (kyai membaca, mengartikan dan menjelaskan isi kitab, sedangkan para santri mendengarkan, menyimak dan mencatat keterangan kyai di dalam kitab itu).
Di sisi lain, sistem pendidikan pesantren menerapkan hidup bersama dalam satu lingkungan, menjadikan kiai dan santri tanpa sekat seperti keluarga sendiri. Sekarang sistem ini diadopsi oleh lembaga pendidikan umum, seperti siswanya diwajibkan tinggal asrama.
Buku berjudul "Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren". Buku ini mencoba menipis stigma konservatif atau kolot pendidikan di pesantren. Dari latar belakang ini Soebahar melakukan penelitian di lima pondok pesantren yang berada di Jawa Timur (halaman 16-17).
Kelima Ponpes ini melakukan inovasi metode pengajaran sesuai dengan era modern. Pada mulanya pengajaran tak di evaluasi seperti yang dilakukan oleh pendidikan umum. Namun sekarang menerapkan sistem eveluasi yang mirip dengan pendidikan umum, yaitu dengan mengadakan ujian kenaikan kelas untuk menentukan batas kemampuan santri untuk mengkaji kitab-kitab yang lebih tinggi.
Inovasi yang dilakukan ponpes yakni pola inovasi yang diprakarsai oleh pemerintah, LP3ES dan P3M, dan pola inovasi sporadis (dilaksanakan menurut persepsinya masing-masing) (halaman 51). Namun hal ini juga tergantung pada pendiri, pemilik dan Kiai sebagai penentu arah pesantren.
Tebal buku 244 halaman menguak pesantren memasuki era baru, ditandai dengan fenomena pesantren yang melakukan pengembangan sitem pendidikan untuk menjawab tantangan sosial dan keinginan masyarakat. Tak mungkin problem yang di alami masyarakat dapat diatasi oleh ilmu agama (kitab Kuning) semata. Namun memerlukan keterlibatan displin ilmu umum seperti sosiologi, antroplogi, politik hukum dan teknologi.
Pesantren telah menganut semi modern yakni perpaduan antara tradisional dan modern. Bercirikan nilai-nilai tradisional masih kental dipegang, kiai masih menempati posisi sentral, norma dan kode etik pesantren klasik tetap menjadi standar pola relasi dan norma keseharian. Namun mengadaptasi sistem pendidikan modern dan sarana fisik pesantren.
Kehadiran buku ini secara tegas membantah anggapan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang konservatif, tradisional, dan terbelakang, dibandingkan dengan lembaga pendidikan non-pesantren. Pada dasarnya telah menerapkannya secara diam-diam dan pelan tapi pasti dalam kurun dua dekade terakhir ini, pesantren telah mulai melakukan pembenahan-pembenahan.
Kiai sebagai komponen terpenting pesantren dalam hal ini memainkan peranan sangat menentukan dalam proses ini. Sebab pada kiai-lah semua keputusan tentang pesantren dijalankan, termasuk reformasi kependidikannya.
Diresensi Fathurozi Staf Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang
Identitas Buku
Judul : Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan
Sistem Pendidikan Pesantren
Penulis : Prof. Dr. Abd. Halim Soebahar
Penerbit : LkiS Yogyakarta
Cetakan : I, 2013
Tebal : 244 halaman
ISBN : 602-17575-2-1
ISBN : 13 : 978-602-17575-2-9
Harga : 60.000
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !