HomeMembumikan Toleransi
Membumikan Toleransi
Monday, 13 February 2012
Oleh: Fathurozi
Judul Buku : Al-Qur’an Kitab Toleransi; Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil-‘Alamin
Penulis : Zuhari Misrawi
Penerbit : Pustaka Oasis (PT. Gramedia), Jakarta
Tahun : I, 2010
Tebal : xxx + 450 halaman
Harga : Rp. 84.000,-
Konflik bermotif agama di indonesia, ibarat bola salju, sekali mengelinding semakin membesar dan sulit dihentikan. Sepanjang tahun 2010, kekerasan agama selalu menghantui kehormonisan umat beragama, dalam kejadian tersebut, agama terkesan sebagai dalang kerusuhan dan seakan-akan dalam menyelesaikan problem antar agama mengedepankan otot daripada rasio.
Di awal tahun 2011, tepatnya bulan Februari telah terjadi dua kekerasaan mengatasnamakan agama, perbuatan itu menimpa Jemaah Ahmadiyah di Pandeglang, Banten Minggu (6/02), selang sehari pembakaran gereja-gereja di Temanggung, Jawa Tengah, Selasa,(8/02) dan dipertengahan bulan terjadi teror mengunakan bom buku. Diduga bom buku, ditujukan untuk melukai orang-orang yang mempunyai pemikiran kritis terhadap agama.
Berdasarkan data yang dilangsir Moderate Muslim Society (MMS), tahun 2010 mencatat telah terjadi 81 kasus intoleransi, meningkat 30 persen dibandingkan tahun 2009 yakni 59 kasus intoleransi. Mungkin saja, perbuatan ini, ada kepentingan teologis dan politik kelompok tertentu.
Sebelum kejadian di atas buku berjudul Al-Qur’an Kitab Toleransi, telah terbit. Buku ini, mengambarkan toleransi yang sering kita dengar dari para tokoh agama ternyata bukan konsep baru, bahkan sejak munculnya tolerasi 1500 tahun lalu. Nabi Muhammad sudah mempraktekkannya kepada pemeluk agama lain, mungkin saja, jika dipandang umat Islam sekarang, dianggap kurang wajar.
Semisal, pada zaman nabi, ada seorang utusan Raja Najran beragama Nasrani, meminta pada Nabi untuk melakukan kebaktian, kemudian pemimpin reformasi (Nabi Muhammad) mengizinkan orang tersebut melaksanakan kebaktian di masjid. Sayangnya sikap toleran seperti ini, sulit diterima, jika paham pluralisme, inklusifisme dan multikulturalisme, tak muncul sebagai kesadaran bersama. seharusnya hal tersebut, menjadi tolak ukur bagi kerukunan umat beragama. Namun, hingga sekarang masih ada ulama yang melarang, non muslim masuk masjid.
Kita bisa lihat halaman, 230. Yang mencoba mengupas tentang konsepsi toleransi yang terkandung dalam Al-Qur’an, melalui tiga tingkatan yakni, pertama, diskursus keagamaan (aktualisasi kandungan nilai substansial agama), kedua, legal formal (penelusuran traktat toleransi dan perdamaian dalam sejarah Islam), ketiga, basis material (perlunya kesejahteraan umum untuk meneguhkan sikap toleran).
Zuhari Misrawi, kurang membahas toleransi sebagai isu publik, lebih menekankan pada menjaga keutuhan dan keberlangsungan hidup. Menjaga keturunan dan jiwa merupakan keharusan, bahkan kewajiban, sehingga toleransi menjadi serba praktis dalam bergaul.
Toleransi ini bukan milik salah satu pemeluk agama, Zuhari menunjukan bahwa toleransi sangat dijunjung tinggi dalam diskursus ajaran agama yang dipeluk oleh semua umat manusia di dunia. Karena, secara sosiologis, tiap agama mempunyai permasalahan yang sama, dan agama harus memberikan toleransi sebagai solusinya. (hlm 49)
Seiring perubahan zaman, Toleransi sebagai barang langkah atau asing dalam kerukunan umat beragama, mereka (pemeluk agama) lebih mengedepankan tafsir normatif ajaran agama daripada mengutamakan sebab akibat diturunkannya agama yakni memanusiakan manusia.
Kemudian yang terjadi, Agama bermadzhab dominan (hukum dan tuhan), klaim kebenaran pun di kalangan umat muncul. Ritual-ritual yang tidak sesuai mayoritas dianggap kafir atau murtad. Peristiwa semacam itu, bagi Penulis tak pernah terjadi pada masa Nabi. Nabi lebih menjunjung tinggi negosiasi legal formal dengan agama lain, sehingga toleransi tetap hidup.
Untuk mempererat kerukunan umat beragama khususnya umat Islam, penulis merujuk 18 ayat. Kunci pokok pembahasan dalam buku ini adalah Iman dan Amal sebagai basis toleransi. Supaya al-Qur’an tidak hanya sebagai cahaya (Nur) tapi sebagai petunjuk (hudan) berarti solusi. Kata penulis Al-Qur’an, adalah sumber etis dan etos toleransi telah diajarkan sejak zaman Nabi. Toleransi perlu dibumikan dalam rangka menuju kerukunan umat beragama.
(Dimuat Majalah Smart, volume II, No.1 Januari-Juni 2011)
You might also like this post
>
[Tutup]
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !