السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمدُ
لله العليّ الأعلى ، الذي خلق فسوَّى ، والذي قدَّر فهَدى . له ملكُ السموات
والأرض وما بينهما وما تحت الثرى . الملكُ الحقُّ المبين الذي على العرش استوى ،
وعلى الملك احتوى ، وقد وسعَ كلَّ شيءٍ رحمة وعلماً . أحمده سبحانه وبحمده يَلْهجُ
أُولو الأحلام والنهى . وأشهد أن لا إله إلا اللهُ وحده لا شريك له عالم السر
والنجوى . وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الداعي إلى كلمة التقوى . اللهم صل على
عبدك ورسولك محمد وعلى آله وأصحابه أئمة العلم والهدى . وسلم تسليماً كثيراً .
أما بعدُ فيا أيها الناس اتقوا الله تعالى حقَّ
التقوى ، وراقبوه مراقبة من يعلم أنه يسمع ويرى .
و قد قال تعالى: .... و قال أيضا ...
و لتكن منكم أمة يدعون إلى الخير و
يأمرون بالمعروف و ينهون عن المنكر، و أولئك هم المفلحون
Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali
Imran 104)
كانوا لا يتناهون عن منكر فعلوه، لبئس
ما كانوا يفعلون
Mereka satu sama lain selalu
tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang selalu mereka perbuat itu. (Q.S. al-Maidah 79)
و المؤمنون و المؤمنات بعضهم أولياء
بعض، يأمرون بالمعروف و ينهون عن المنكر و يقيمون الصلاة و يؤتون الزكاة و يطيعون
الله و رسوله، أولئك سيرحمهم الله، إنّ الله عزيز حكيم
Dan orang-orang yang beriman,
laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana.
(Q.S. at-Taubah 71)
Dalam kesempatan ini, saya selaku khatib mengajak saudara
sekalian untuk saling berwasiat dalam rangka meningkatkan kadar ketakwaan kita
kepada Allah. Semoga melalui mimbar ini kita senantiasa memperoleh petunjuk dan
karuniaNya sehingga mampu melaksanakannya dengan penuh semangat, baik semangat
ibadah ukhrawi kepada Allah maupun semangat mencari penghidupan dunia dengan
didasari niat beribadah kepada Allah.
Mari kita telaah kembali
perintah Allah beramar ma’ruf nahi munkar yang juga merupakan identitas umat
islam, sebagaimana tersebut dalam ayat di atas. Dalam mimbar jumat ini, khatib
menyengaja menyinggung sebagian factor yang berkenaan dengan pelaksanaan amar
ma’ruf nahi munkar dalam penerapannya di sekitar kita, lebih mengerucut lagi
yakni introspeksi kebiasaan di masyarakat kita, kebiasaan sungkan, atau ewuh pekewuh.
Jamaah jumah rahimakumullah
Penerapan ilmu syariat yang telah
dipelajari seberapapun kadarnya seringkali terganjal oleh konteks sosial
masyarakat yang mengitari, baik berada di daerah yang masih awam, maupun
masyarakat yang sebenarnya sudah sedikit banyak mengenal aturan keagamaan.
Gambaran kesulitan yang muncul kemudian adalah konsekuensi yang harus dipilih
seperti berani tampil beda, dianggap nyeleneh, atau menjadi pusat perhatian dan
omongan.
Rasa sungkan dapat menghalangi
banyak kebaikan, baik sungkan yang dalam arti malu berbuat yang sebenarnya
baik, maupun takut orang lain tidak berkenan dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh awal, menuntut ilmu yang merupakan gerbang awal menuju kebaikan
seringkali terganjal rasa sungkan, salah satunya umur yang telah lanjut
sehingga canggung dalam memasuki majlis keilmuan.
Rasa sungkan menghalangi
seseorang untuk tampil sesuai syariat. Kita lebih terbayang dengan pikiran “Apa
kata orang-orang nanti?” pertanyaan yang membayangi sebagai momok dan tembok
tinggi yang menghalangi langkah. Katakanlah wanita yang ingin menerapkan
pakaian muslimah dengan jilbabnya di sekolah atau perkantoran, merasa canggung
karena belum ada yang memulai dan belum terbiasa, merasa takut dianggap pamer
atau riya. Rasa sungkan untuk mengajak teman-teman kantor, teman kerja, teman
sekolah, untuk menghidupkan jamaah shalat di awal waktu misalnya. Dan
lain-lainnya. Sedangkan Imam Fudlail ibn Iyadl mengatakan:
ترك العمل لأجل الناس هو الرياء، و
العمل لأجل الناس هو الشرك
Meninggalkan amal karena manusia itulah riya, dan beramal
karena manusia itulah syirik.
Seharusnya justru karena belum ada yang memulai
melaksanakan suatu kesunahan yang baik, kita menjadi lebih termotivasi untuk
menjalankan dan memelopori, karena siapa yang memulai suatu kebaikan, ia akan
mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya. Sabda Nabi:
من سنّ سنّة حسنة فله أجرها و أجر من
عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء
Bentuk kebaikan yang seringkali terhalang oleh rasa
sungkan adalah kewajiban amar ma’ruf nahi munkar. Merasa takut menyinggung
perasaan orang lain, tidak enak mencampuri urusan orang, atau mungkin takut
dianggap sok suci. Terlebih jika harus mengajak atau menegur orang yang lebih
pintar, lebih senior, atau lebih tinggi derajatnya. Sikap seperti ini
sebenarnya merupakan bentuk penghinaan diri sendiri. Imam Ibn Katsier dalam
menafsirkan ayat
كانوا لا يتناهون عن منكر فعلوه، لبئس
ما كانوا يفعلون
Mereka satu sama lain selalu
tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang selalu mereka perbuat itu. (Q.S. al-Maidah 79)
Beliau menampilkan sebuah hadits nabi:
لا يحقرْ أحدكم نفسَه، قالوا يا رسول
الله كيف يحقر احدنا نفسه؟ قال يرى أمرَ الله عليه فيه مقالٌ ثم لا يقول فيه،
فيقول الله عزّ و جلّ له يوم القيامة ما منعك أن تقول فى كذا و كذا؟ فيقول خشية
الناس. فيقول فإيّاي كنت أحقّ أن تخشى.
Nabi bersabda: ‘Janganlah sekali-kali
salah seorang di antara kalian menghinakan dirinya sendiri.’
Jamaah jumah rahimakumullah.
Rasa sungkan tidak hanya
menghalangi banyak kebaikan, tetapi juga menjadi sebab banyak pelanggaran.
Banyak orang yang secara keilmuan agama sudah memahami hokum, tetapi belum
mampu meninggalkannya karena didorong rasa sungkan, takut menyinggung perasaan,
atau khawatir penghargaan orang lain kepadanya berkurang. Contoh sederhana
adalah berjabat tangan dengan bukan mahram dan seterusnya, menghadiri jamuan
yang di dalamna ada banyak kemungkaran, dan lain sebagainya yang banyak kita
jumpai dan kita alami dalam keseharian. Sebagian orang yang melakukan hal
demikian, atau bahkan mungkin kita sendiri melakukan bukan karena tidak tahu,
melainkan karena sungkan untuk mengatakan ‘tidak’ pada kemaksiatan. Hal ini
sebenarnya merupakan bentuk kebodohan, di mana seseorang mencari ridla manusia
dengan mengundang murka Allah.
Begitu banyak kebaikan yang
hilang dan pelanggaran dilakukan didorong rasa sungkan ini. Oleh karena itu,
sudah saatnya kita lebih mawas diri dalam hal ini.
Tidak seluruhnya rasa sungkan itu
buruk. Dalam taraf dan situasi tertentu, perasaan sungkan justru menjadi hal
yang selayaknya ada, terlebih rasa sungkan yang didasari rasa malu.
Rasa sungkan akan mendatangkan
empati dan sikap tenggang rasa dalam diri. Empati merupakan perasaan ingin
melakukan kebaikan pada orang lain, sebagaimana kita ingin diperlakukan seperti
itu, dan menjaga diri kita dari melakukan suatu hal yang kita tidak ingin hal
itu diberlakukan pada kita.
Rasa sungkan untuk tidak bertamu
pada waktu istirahat merupakan rasa sungkan yang baik. Rasa sungkan tidak
merokok dalam acara yang semestinya tidak merokok, meskipun menanggung resiko
mulut kecut. Rasa sungkan sering meminjam barang milik teman atau tetangga.
Sungkan mencampuri konflik rumah tangga orang lain, dan masih banyak contoh
lainnya.
Selanjutnya, rasa sungkan yang
negative adalah rasa sungkan yang meghalangi seseorang untuk melaksanakan
perintah syariat atau menjauhi larangannya. Sungkan yang seperti ini seringkali
didominasi oleh perasaan takut atau khawatir yang mengesampingkan maslahat
syar’i hanya demi menjaga perasaan orang lain.
Contoh yang sering diambil dalam
hal ini adalah sungkan memperingatkan orang lain yang statusnya lebih tinggi.
Pada prakteknya, urusan semacam ini memang tidak mudah dan dilematis, sehingga
memaksa seseorang untuk lebih menurutkan rasa sungkan daripada menanggung
resiko yang mungkin didapatnya.
Dalam kasus semacam ini,
sebenarnya rasa sungkan tidak layak dimenangkan karena akan mengakibatkan
meredupnya semangat amar ma’ruf nahi munkar yang berpotensi mengundang murka
yang maha Kuasa. Akan tetapi, pilihan selanjutnya juga bukanlah sikap membabi
buta, mencegah kemungkaran dengan keras dan brutal. Kekerasan mungkin dibutuhkan,
tetapi tidak untuk segala hal, malah sering sikap santun dalam ber amar ma’ruf
nahi munkar lebih efektif dna mengena daripada kekerasan. Santun bukanlah
dikonotasikan dengan sikap lembek dan tidak tegas serta berbelit-belit,
melainkan menyampaikan pesan secara baik dan berusaha mengambil hati.
Pada akhirnya, mari kita memilah
rasa sungkan, mengambil dan melestarikan yang positif, dan berusaha
mengesampingkan yang negative. Dalam kasus sungkan negative yang menghalangi
syariat, kita perlu mengasah kecerdasan spiritual. Kecerdasan yang bias
menimbang untuk lebih mengedepankan syariat. Sementara dalam kasus sungkan yang
baik, kecerdasan emosionallah yang kita asah, kecerdasan menimbang berbagai
perasaan dan menentukan sikap yang tepat dan bijak. Keduanya tidak mudah,
tetapi tidak berarti tidak mungkin dicapai sama sekali. Yang kita perlukan
adalah terus belajar dan mengasah kecerdasan kita, serta tidak sungkan mengakui
dan mengambil pelajaran dari kesalahan.
بارك
الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم .
أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم الجليل . لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب ،
فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم .
الخطبة
الثانية
الحمد
لله الذي حفظ عباده المؤمنين من همزات الشياطين و نزَعات المضلين. و نشكره عزّ و
جلّ و هو الجواد الحليم. و نشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. و قال تعالى
و إماّ يَنْزَغَنَّكَ من الشيطان نزغٌ فاستعذ بالله إنه هو السميع العليم. و نشهد
أنّ محمدا عبده ورسوله الكريم سيد المرسلين و خاتم النبيين. اللهم صل و سلم و بارك
على سيدنا محمدٍ و على اله و أصحابه أجمعين. أما بعد: اتقوا الله ما استطعتم و
سارعوا الى مغفرة ربّ العالمين. إنّ الله و ملائكته يصلون على النبي يايها الذين
أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما.
اللهم
اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك سميع
قريب مجيب الدعوات و يا قاضي الحاجات.
اللهم
أخرجنا من ظلمات الجهل إلى نور العلم و من نور العلم إلى نور الفهم ومن نور الفهم إلى نور العمل و من نور العمل إلى نور
الإخلاص و من نور الإخلاص إلى نور القبول و من نور القبول إلى نور المقصود برحمتك
يا أرحم الراحمين.
ربنا
اتنا فى الدنيا حسنة و فى الآخرة حسنة و قنا عذاب النار.
عباد
الله إنّ الله يأمر بالعدل و الإحسان و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء و
المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم و اشكره على نعمه
يزدكم و لذكرالله أكبر.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !