Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Monday 9 November 2020

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة

الحمدُ لله العليّ الأعلى ، الذي خلق فسوَّى ، والذي قدَّر فهَدى . له ملكُ السموات والأرض وما بينهما وما تحت الثرى . الملكُ الحقُّ المبين الذي على العرش استوى ، وعلى الملك احتوى ، وقد وسعَ كلَّ شيءٍ رحمة وعلماً . أحمده سبحانه وبحمده يَلْهجُ أُولو الأحلام والنهى . وأشهد أن لا إله إلا اللهُ وحده لا شريك له عالم السر والنجوى . وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الداعي إلى كلمة التقوى . اللهم صل على عبدك ورسولك محمد وعلى آله وأصحابه أئمة العلم والهدى . وسلم تسليماً كثيراً .

 أما بعدُ فيا أيها الناس اتقوا الله تعالى حقَّ التقوى ، وراقبوه مراقبة من يعلم أنه يسمع ويرى .

و قد قال تعالى: .... و قال أيضا ...

و لتكن منكم أمة يدعون إلى الخير و يأمرون بالمعروف و ينهون عن المنكر، و أولئك هم المفلحون

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran 104)

 

كانوا لا يتناهون عن منكر فعلوه، لبئس ما كانوا يفعلون

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Q.S. al-Maidah 79)

 

و المؤمنون و المؤمنات بعضهم أولياء بعض، يأمرون بالمعروف و ينهون عن المنكر و يقيمون الصلاة و يؤتون الزكاة و يطيعون الله و رسوله، أولئك سيرحمهم الله، إنّ الله عزيز حكيم

Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang  lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana. (Q.S. at-Taubah 71)

 Segala puji bagi Allah, rahmat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad Saw, semoga kita tergolong umatnya yang mendapatkan syafaat kelak di hari kiamat.

Dalam kesempatan ini, saya selaku khatib mengajak saudara sekalian untuk saling berwasiat dalam rangka meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah. Semoga melalui mimbar ini kita senantiasa memperoleh petunjuk dan karuniaNya sehingga mampu melaksanakannya dengan penuh semangat, baik semangat ibadah ukhrawi kepada Allah maupun semangat mencari penghidupan dunia dengan didasari niat beribadah kepada Allah.

 Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah

Mari kita telaah kembali perintah Allah beramar ma’ruf nahi munkar yang juga merupakan identitas umat islam, sebagaimana tersebut dalam ayat di atas. Dalam mimbar jumat ini, khatib menyengaja menyinggung sebagian factor yang berkenaan dengan pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar dalam penerapannya di sekitar kita, lebih mengerucut lagi yakni introspeksi kebiasaan di masyarakat kita, kebiasaan sungkan, atau ewuh pekewuh.

Jamaah jumah rahimakumullah

Penerapan ilmu syariat yang telah dipelajari seberapapun kadarnya seringkali terganjal oleh konteks sosial masyarakat yang mengitari, baik berada di daerah yang masih awam, maupun masyarakat yang sebenarnya sudah sedikit banyak mengenal aturan keagamaan. Gambaran kesulitan yang muncul kemudian adalah konsekuensi yang harus dipilih seperti berani tampil beda, dianggap nyeleneh, atau menjadi pusat perhatian dan omongan.

Rasa sungkan dapat menghalangi banyak kebaikan, baik sungkan yang dalam arti malu berbuat yang sebenarnya baik, maupun takut orang lain tidak berkenan dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh awal, menuntut ilmu yang merupakan gerbang awal menuju kebaikan seringkali terganjal rasa sungkan, salah satunya umur yang telah lanjut sehingga canggung dalam memasuki majlis keilmuan.

Rasa sungkan menghalangi seseorang untuk tampil sesuai syariat. Kita lebih terbayang dengan pikiran “Apa kata orang-orang nanti?” pertanyaan yang membayangi sebagai momok dan tembok tinggi yang menghalangi langkah. Katakanlah wanita yang ingin menerapkan pakaian muslimah dengan jilbabnya di sekolah atau perkantoran, merasa canggung karena belum ada yang memulai dan belum terbiasa, merasa takut dianggap pamer atau riya. Rasa sungkan untuk mengajak teman-teman kantor, teman kerja, teman sekolah, untuk menghidupkan jamaah shalat di awal waktu misalnya. Dan lain-lainnya. Sedangkan Imam Fudlail ibn Iyadl mengatakan:

ترك العمل لأجل الناس هو الرياء، و العمل لأجل الناس هو الشرك

Meninggalkan amal karena manusia itulah riya, dan beramal karena manusia itulah syirik.

Seharusnya justru karena belum ada yang memulai melaksanakan suatu kesunahan yang baik, kita menjadi lebih termotivasi untuk menjalankan dan memelopori, karena siapa yang memulai suatu kebaikan, ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya. Sabda Nabi:

من سنّ سنّة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء

Bentuk kebaikan yang seringkali terhalang oleh rasa sungkan adalah kewajiban amar ma’ruf nahi munkar. Merasa takut menyinggung perasaan orang lain, tidak enak mencampuri urusan orang, atau mungkin takut dianggap sok suci. Terlebih jika harus mengajak atau menegur orang yang lebih pintar, lebih senior, atau lebih tinggi derajatnya. Sikap seperti ini sebenarnya merupakan bentuk penghinaan diri sendiri. Imam Ibn Katsier dalam menafsirkan ayat

كانوا لا يتناهون عن منكر فعلوه، لبئس ما كانوا يفعلون

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Q.S. al-Maidah 79)

Beliau menampilkan sebuah hadits nabi:

لا يحقرْ أحدكم نفسَه، قالوا يا رسول الله كيف يحقر احدنا نفسه؟ قال يرى أمرَ الله عليه فيه مقالٌ ثم لا يقول فيه، فيقول الله عزّ و جلّ له يوم القيامة ما منعك أن تقول فى كذا و كذا؟ فيقول خشية الناس. فيقول فإيّاي كنت أحقّ أن تخشى.

Nabi bersabda: ‘Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian menghinakan dirinya sendiri.’ Para sahabat bertanya: ‘Bagaimana maksud salah seorang dari kami menghinakan dirinya sendiri?’ Beliau menjawab: ‘Ketika ia melihat suatu hal yang mestinya ia berbicara karena Allah, tetapi ia tidak menyampaikannya. Kemudian Allah akan berkata kepadanya kelak di hari kiamat: ‘Apa yang menghalangimu untuk menyampaikan ini dan itu?’ ia menjawab: ‘karena takut kepada orang-orang’, maka Allah berfirman: ‘Semestinya akulah yang lebih berhak untuk ditakuti.’ (H.R. Ibn Majah dan al-Baihaki.)

Jamaah jumah rahimakumullah.

Rasa sungkan tidak hanya menghalangi banyak kebaikan, tetapi juga menjadi sebab banyak pelanggaran. Banyak orang yang secara keilmuan agama sudah memahami hokum, tetapi belum mampu meninggalkannya karena didorong rasa sungkan, takut menyinggung perasaan, atau khawatir penghargaan orang lain kepadanya berkurang. Contoh sederhana adalah berjabat tangan dengan bukan mahram dan seterusnya, menghadiri jamuan yang di dalamna ada banyak kemungkaran, dan lain sebagainya yang banyak kita jumpai dan kita alami dalam keseharian. Sebagian orang yang melakukan hal demikian, atau bahkan mungkin kita sendiri melakukan bukan karena tidak tahu, melainkan karena sungkan untuk mengatakan ‘tidak’ pada kemaksiatan. Hal ini sebenarnya merupakan bentuk kebodohan, di mana seseorang mencari ridla manusia dengan mengundang murka Allah.

Begitu banyak kebaikan yang hilang dan pelanggaran dilakukan didorong rasa sungkan ini. Oleh karena itu, sudah saatnya kita lebih mawas diri dalam hal ini.

 Jamaah jumah rahimakumullah.

Tidak seluruhnya rasa sungkan itu buruk. Dalam taraf dan situasi tertentu, perasaan sungkan justru menjadi hal yang selayaknya ada, terlebih rasa sungkan yang didasari rasa malu. Ada sisi kebaikan dalam perasaan semacam ini khususnya dalam menjaga hubungan social dengan sesame.

Rasa sungkan akan mendatangkan empati dan sikap tenggang rasa dalam diri. Empati merupakan perasaan ingin melakukan kebaikan pada orang lain, sebagaimana kita ingin diperlakukan seperti itu, dan menjaga diri kita dari melakukan suatu hal yang kita tidak ingin hal itu diberlakukan pada kita.

Rasa sungkan untuk tidak bertamu pada waktu istirahat merupakan rasa sungkan yang baik. Rasa sungkan tidak merokok dalam acara yang semestinya tidak merokok, meskipun menanggung resiko mulut kecut. Rasa sungkan sering meminjam barang milik teman atau tetangga. Sungkan mencampuri konflik rumah tangga orang lain, dan masih banyak contoh lainnya.

Selanjutnya, rasa sungkan yang negative adalah rasa sungkan yang meghalangi seseorang untuk melaksanakan perintah syariat atau menjauhi larangannya. Sungkan yang seperti ini seringkali didominasi oleh perasaan takut atau khawatir yang mengesampingkan maslahat syar’i hanya demi menjaga perasaan orang lain.

Contoh yang sering diambil dalam hal ini adalah sungkan memperingatkan orang lain yang statusnya lebih tinggi. Pada prakteknya, urusan semacam ini memang tidak mudah dan dilematis, sehingga memaksa seseorang untuk lebih menurutkan rasa sungkan daripada menanggung resiko yang mungkin didapatnya.

Dalam kasus semacam ini, sebenarnya rasa sungkan tidak layak dimenangkan karena akan mengakibatkan meredupnya semangat amar ma’ruf nahi munkar yang berpotensi mengundang murka yang maha Kuasa. Akan tetapi, pilihan selanjutnya juga bukanlah sikap membabi buta, mencegah kemungkaran dengan keras dan brutal. Kekerasan mungkin dibutuhkan, tetapi tidak untuk segala hal, malah sering sikap santun dalam ber amar ma’ruf nahi munkar lebih efektif dna mengena daripada kekerasan. Santun bukanlah dikonotasikan dengan sikap lembek dan tidak tegas serta berbelit-belit, melainkan menyampaikan pesan secara baik dan berusaha mengambil hati.

 
Jamaah jumah rahimakumullah.

Pada akhirnya, mari kita memilah rasa sungkan, mengambil dan melestarikan yang positif, dan berusaha mengesampingkan yang negative. Dalam kasus sungkan negative yang menghalangi syariat, kita perlu mengasah kecerdasan spiritual. Kecerdasan yang bias menimbang untuk lebih mengedepankan syariat. Sementara dalam kasus sungkan yang baik, kecerdasan emosionallah yang kita asah, kecerdasan menimbang berbagai perasaan dan menentukan sikap yang tepat dan bijak. Keduanya tidak mudah, tetapi tidak berarti tidak mungkin dicapai sama sekali. Yang kita perlukan adalah terus belajar dan mengasah kecerdasan kita, serta tidak sungkan mengakui dan mengambil pelajaran dari kesalahan.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم . أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم الجليل . لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب ، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم .

 

الخطبة الثانية

الحمد لله الذي حفظ عباده المؤمنين من همزات الشياطين و نزَعات المضلين. و نشكره عزّ و جلّ و هو الجواد الحليم. و نشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. و قال تعالى و إماّ يَنْزَغَنَّكَ من الشيطان نزغٌ فاستعذ بالله إنه هو السميع العليم. و نشهد أنّ محمدا عبده ورسوله الكريم سيد المرسلين و خاتم النبيين. اللهم صل و سلم و بارك على سيدنا محمدٍ و على اله و أصحابه أجمعين. أما بعد: اتقوا الله ما استطعتم و سارعوا الى مغفرة ربّ العالمين. إنّ الله و ملائكته يصلون على النبي يايها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما.

اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات و يا قاضي الحاجات.

اللهم أخرجنا من ظلمات الجهل إلى نور العلم و من نور العلم إلى نور الفهم ومن نور  الفهم إلى نور العمل و من نور العمل إلى نور الإخلاص و من نور الإخلاص إلى نور القبول و من نور القبول إلى نور المقصود برحمتك يا أرحم الراحمين.

ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الآخرة حسنة و قنا عذاب النار.

عباد الله إنّ الله يأمر بالعدل و الإحسان و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم و اشكره على نعمه يزدكم و لذكرالله أكبر.

 

 

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Modifikasi Website | cucubumi