الحمد لله الذي أنعمنا بنعمة الإيمان و
الإسلام و بشريعة نبينا محمد صلى الله عليه و سلم، أشهد ان لا إله إلا الله وحده
لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله، اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و صحبه
و جميع أمته و سلم، أما بعد، فيا عباد الله أوصيني نفسي و إياكم بتقوى الله و
افعلوا الخيرات و اجتنبوا السيئات لعلكم تفلحون، قال الله تعالى: إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم و اتقوا الله
لعلكم ترحمون (10) يأيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيرا منهم
و لا نساء من نساء عسى أن يكنّ خيرا منهنّ ولا تلمزوا أنفسكم و لا تنابزوا
بالألقاب بئس الإسم الفسوق بعد الإيمان و من لم يتب فأولئك هم الظالمون (11)
(الحجرات: 10-11) و قال النبي: إن أكرمكم عند الله أتقاكم
Hadirin
rahimakumullah
Adalah sebuah kewajiban
bagi setiap khotib disetiap mengawali khutbah untuk mengajak dan mengingatkan
para jama'ah agar selau meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Oleh karena
itu, marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Nya dalam sebuah
bentuk perilaku menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala apa
yang dilarang oleh Nya. Apabila hal ini dapat kita wujudkan dalam kehidupan
kita sehari hari dengan rasa penuh keikhlasan maka niscaya kehidupan kita akan
senantiasa dalam naungan dan ridhoNya.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah
Pada kesempatan
kali ini mari kita membahas sedikit tentang hari buruh.
Hari ini 1 mei
merupakan peringatan hari buruh sedunia. Awalnya tahun 80 an para buruh
melakukan demonstrasi menuntut hak-hak buruh, terutama pengurangan jam kerja
menjai 8 jam saja perhari. Tidak asap jika tak ada api, demonstrasi tersebut
merupakan penyuaraan atas ketimpangan hak yang dialami para buruh. Lama
kelamaan aspirasi mereka didengar, aturan buruh diatur, bahkan tiap tanggal 1
mei diepringati sebagai hari buruh. Meskipun demikian, tentu masih banyak
hak-hak buruh yang terabaikan, masih banyak para majikan dan atasan yang
mendzalimi bawahan. Bahkan saudara-saudara kita TKI/TKW yang bekerja di Negara
islam sekalipun, masih sering kurang mendapatkan perlakuan layak dari atasan
atau majikan. PRT di Arab, atau Brunei misalnya, masih banyak yang tidak
memperoleh libur hingga kontrak habis selama dua tahun.
Lalu apa yang
dapat kita lakukan di hari buruh ini? Barangkali hanya sedikit saja yang mencoba
memaknai peringatan hari buruh dengan selayaknya. Seperti misalnya jika di
Negara tetangga, Malaysia 2014,1 Mei diadakan peringatan dengan mengumpulkan
para TKI aula KBRI, dengan diisi berbagai rangkaian acara baik menulis,
menyanyi, seminar dan lain sebagainya dengan berbagai doorpize. Barangkali di
Indonesia juga banyak yang mengemas acara peringatan hari buruh dengan berbagai
event positif serupa, seperti jalan sehat, acara donor darah, seminar, bedah
buku, pengajian, atau sekedar konser music. Sehingga kesan peringatan hari
buruh yang lekat dengan demonstasi penuntutan hak buruh dapat dikemas dalam
desain yang lebih elegan.
Mengapa perlu ada peringatan hari buruh, (dengan
menyelenggarakan even-even postif tentu saja) karena setidaknya kita dapat memberikan
apresiasi atas jasa para pekerja. Peran pekerja dari dulu riwayatnya kurang
dihargai, sedangkan kita tahu bahwa dibalik ide-ide besar kemajuan bangsa oleh
para tokoh dan pemikir (orang besar) tentu ada pelaksana di bawahnya yang tidak
dikenal, tidak disebut. Kita ambil contoh misalnya kemajuan ibukota dapat
dilihat dari infrastruktur dan gedung-gedung bertingkatnya, tidak akan mudah
diketahui siapa saja yang telah membangunnya, berapa buruh yang mengerjakannya,
berapa waktu lembur yang dibutuhkan, atau berapa korban yang mungkin muncul
dari kecelakaan proyek tersebut.
Jamaah jumat rahimakumullah
Islam sebagai agama rahmat bagi semesta alam,
sangat memperhatikan hak asasi manusia, sekalipun dia seorang budak. Para
sahabat yang pernah membantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
baik budak maupun orang merdeka, semua merasa puas dengan sikap baik yang
beliau berikan. Inilah potret ideal yang bisa dijadikan contoh muamalah antara
majikan dengan pembantunya, antara pimpinan dengan pekerjanya.
Sebelumnya kita perlu membedakan antara budak dengan pembantu atau buruh. Budak, jiwa dan raganya milik majikannya, sehingga apapun yang dimiliki budak ini, menjadi milik majikannya. Dia tidak bisa bebas melakukan apapun, kecuali atas izin si majikan. Seratus persen berbeda dengan pembantu. Hubungan seorang pembantu dengan majikan, tidak ubahnya seperti pekerja yang sedang melakukan tugas untuk orang lain, dengan gaji sebagaimana yang disepakati. Muamalah antara pembantu dengan majikan adalahijarah (sewa jasa). Sehingga seharusnya, beban tugas yang diberikan dibatasi waktu dan kuantitas tugas. Lebih dari batas itu, bukan kewajiban pembantu atau buruh.
Mohon maaf, dalam khutbah ini kami menggunakan
kata majikan dan pembantu atau buruh. Meskipun istilah ini kurang bisa mewakili
struktur tugas antara bawahan dengan atasan, namun kami kesulitan untuk
mendapatkan padanannya.
Ada beberapa hadis yang menunjukkan
penghargaan Islam terhadap hak masyarakat pekerja. Sebagian besar hadis itu
konteksnya adalah berbicara tentang budak. Sehingga kita bisa menyimpulkan,
bahwa jika budak saja diperlakukan sangat indah oleh Islam, tentu pembantu dan
buruh yang bukan budak, posisinya jauh lebih terhormat.
Pertama,
Islam memposisikan pembantu sebagaimana saudara majikannya. Dari Abu Dzar radhiallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ ،
جَعَلَهُمُ اللهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ
“Saudara kalian adalah budak kalian. Allah jadikan mereka
dibawah kekuasaan kalian.” (HR. Bukhari no. 30)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut
pembantu sebagaimana saudara majikan agar derajat mereka setara dengan saudara.
Kedua, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang memberikan beban tugas kepada pembantu
melebihi kemampuannya. Jikapun terpaksa itu harus dilakukan, beliau perintahkan
agar sang majikan turut membantunya.
Dalam hadis Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا
يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ
“Janganlah kalian membebani mereka (budak), dan jika kalian
memberikan tugas kepada mereka, bantulah mereka.” (HR. Bukhari no. 30)
Ketiga, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mewajibkan para majikan untuk memberikan gaji
pegawainya tepat waktu, tanpa dikurangi sedikit pun. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu
‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَعْطُوا الأَجِيرَ أَجْرَهُ
قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
“Berikanlah upah pegawai (buruh), sebelum kering keringatnya.”
(HR. Ibn Majah dan dishahihkan al-Albani).
Keempat,
Islam memberi peringatan keras kepada para majikan yang menzalimi pembantunya
atau pegawainya. Dalam hadis qudsi dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammeriwayatkan, bahwa Allah
berfirman:
ثَلاَثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ… وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِ
أَجْرَهُ
“Ada tiga orang, yang akan menjadi musuh-Ku pada hari kiamat:
… orang yang mempekerjakan seorang buruh, si buruh memenuhi tugasnya, namun dia
tidak memberikan upahnya (yang sesuai).” (HR. Bukhari 2227 dan Ibn
Majah 2442)
Bisa Anda bayangkan, di saat kita sangat butuh kepada ampunan
Allah, tetapi justru Allah menjadi musuhnya.
Kelima, Islam memotivasi
para majikan agar meringankan beban pegawai dan pembantunya. Dari Amr bin
Huwairits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا خَفَّفْتَ عَنْ خَادِمِكَ مِنْ
عَمَلِهِ كَانَ لَكَ أَجْرًا فِي مَوَازِينِكَ
“Keringanan yang kamu berikan kepada budakmu, maka itu
menjadi pahala di timbangan amalmu.” (HR. Ibn Hibban dalam shahihnya dan
sanadnya dinyatakan shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
Keenam, Islam memotivasi
agar para majikan dan atasan bersikap tawadhu yang berwibawa dengan buruh dan
pembantunya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا اسْتَكْبَرَ مَنْ أَكَلَ
مَعَهُ خَادِمُهُ، وَرَكِبَ الْحِمَارَ بِالأَسْوَاقِ، وَاعْتَقَلَ الشَّاةَ
فَحَلَبَهَا
“Bukan orang yang sombong, majikan yang makan bersama
budaknya, mau mengendarai himar (kendaraan kelas bawah) di pasar, mau mengikat
kambing dan memerah susunya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 568, Baihaqi
dalam Syuabul Iman 7839 dan dihasankan al-Albani).
Ketujuh,
Islam menekan semaksiamal mungkin sikap kasar kepada bawahan. Seorang utusan
Allah, yang menguasai setengah dunia ketika itu, tidak pernah main tangan
dengan bawahannya. Aisyah menceritakan:
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ شَيْئًا
قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا…
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
pernah memukul dengan tangannya sedikit pun, tidak kepada wanita, tidak pula
budak.” (HR. Muslim 2328, Abu Daud 4786).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah
menjumpai salah seorang sahabat yang memukul budak lelakinya. Tepatnya ia
sahabat Abu Mas’ud Al-Anshari. Seketika itu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallammengingatkan sahabat itu dari belakang:
اعْلَمْ أَبَا مَسْعُودٍ، لَلَّهُ
أَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَيْهِ
“Ketahuilah wahai Abu Mas’ud, Allah lebih kuasa untuk
menghukummu seperti itu, dari pada kemampuanmu untuk menghukumnya.”
Ketika Abu Mas’ud menoleh, dia kaget karena ternyata Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Spontan beliau langsung membebaskan budaknya. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memujinya:
أَمَا لَوْ لَمْ تَفْعَلْ
لَلَفَحَتْكَ النَّارُ
“Andai engkau tidak melakukannya, niscaya neraka akan
melahapmu.” (HR. Muslim 1659, Abu Daud 5159, Tumudzi 1948 dan yang
lainnya).
Akhirnya, mana pilihan kita memperingati 1 Mei
ini? Akankah kita meniru generasi Firaun yang hanya memerah tenaga para budak
untuk mengerjakan pembangunan istana, kuil, atau piramida, untuk kemudian
berleha-leha menikmati hasil kerja mereka? Ataukah sebaliknya, memberi libur
PRT kita dan memberinya pesangon untuk berlibur ke kampung halamannya?
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ
اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى
اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًااَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !