Oleh Fathurozi
Melakukan
penelitian keagamaan tak semudah membalikan telapak tangan, namun penuh
perjuangan dan tantangan. Apalagi ketika melakukan penelitian di wilayah
konflik berbau suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA). Bahkan, jika hasil
penelitiannya dirasa merugikan kelompok tertentu, dianggap hasilnya mengada-ada
atau pesanan. Tak ayal caci maki sering kali menampar muka peneliti.
Di
sela-sela kesibukannya menjadi seorang peneliti keagamaan 16 peneliti
mambagikan cerita yang dialami selama di lapangan. Semisal godaan, tantangan
dan jabatan jadi taruhan. Namun permasalahan ini dapat diatasi dengan trik-trik
yang dikuasai oleh para peneliti.
Dalam buku terdapat 16 kisah yang sajikan para
peneliti. Kisah yang dibahas mulai agama sempalan, naskah kuno, mitos dan peristiwa
Tolikara. Dalam penulisan Alur cerita
beraneka ragam karena para periset memiliki bidang kepakaran yang berbeda-beda
pula. Namun pembaca diajak menyelami dunia penelitian yang penuh kejadian yang
menegangkan dan kejadian-kejadian lucu, konyol.
Sebelum
melakukan penelitian biasanya peneliti mempersiapkan perlengkapan mulai surat
tugas dari lembaga, surat rekomendasi dari Kesbangpolinmas. Dengan bekal
perizinan belum tentu informan bersedia di wawancarai. Hal ini terjadi ketika meneliti
kasus Bom Marriot. “Pelaku tidak mau di wawancarai oleh peneliti, berkat
bantuan petugas lapas akhirnya pelaku mau di wawancarai,” (halaman 33).
Kebingungan
juga di alami salah satu peneliti, harus melakukan penelitian di desa kutukan
di wialayah Rembang. Mitosnya yang beredar di masyarakat, jika pejabat pemerintah
yang masuk ke wilayah tersebut jabatannya akan lengser dan jika ada seorang PNS
yang masuk juga akan mengalami nasib yang sama. Kebetulan Peneliti seorang PNS,
sempat berpikir ulang melanjutkan penelitian atau membatalkan penelitian.
Taruhnya jelas lengser menjadi PNS, namun ia memilih melanjutkan penelitian
(halaman 143).
Gejolak
batin, kebetulan peneliti baru saja ditinggal pergi istrinya. Namun tidak
menjadi halangan menjalankan tugas dari kantor tempatnya bekerja. Tak ayal
informan mengodanya, bukannya salah satu obyek penelitian Mas Aji ada yang
masih single, jika Mas Aji mau, saya siap mengaturnya mempertemukan dengan
kedua orang tuanya (halaman 150).
Kaget,
Panik bercampur takut dialami Arifudin Ismail, ketika sedang wawancara dengan informan, tiba-tiba
muncul anjing dari kolom meja, spontan kakinya dinaikan di kursi sambil membaca
ayat-ayat suci Alquran dan berzikir dalam hati (halaman 161). Begitu juga yang
alami Zaenudin Daulay mengalami rasa cemas, takut ketika melakukan penelitian
mencari fakta kasus Tolikara (halaman
204).
Menarik
apa yang dikatakan M. Bambang Pranowo, peneliti senior UIN Syarif Hidayatullah,
dalam pengantarnya. Menurut dia, melakukan penelitian sosial atau keagamaan
tidak semata soal teknis meneliti, tetapi tak kalah penting mengenai mindset, motivasi, curioursity, dan trik-trik dalam serangkai penelitian sosial.
Buku
dengan tebal 238 halaman, cerita kejadian-kejadian yang tak disangka-sangka
akan dialami peneliti dan tak mungkin dimasukan dalam laporan penelitian. Bisa
dikatakan buku ini sebagai curatan para peneliti. Namun menarik dibaca bagi
orang-orang yang berminat menjadi peneliti.
Diresensi Fathurozi adalah Staf Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang
Identitas Buku:
Judul : Cerita Meneliti, Kisah-kisah Unik Penelitian
Keagamaan
Penulis : Marzani Anwar, dkk
ISBN : 978-602-1568-66-8
Tebal : xvi+238 hlm
Cetakan : Desember 2016
Penerbit : Gaung Persada Press Jakarta
ISBN : 978-602-1568-66-8
Tebal : xvi+238 hlm
Cetakan : Desember 2016
Penerbit : Gaung Persada Press Jakarta
Penasaran sama isinya. Itung2 cari amunisi buat penyemangat nentuin masalah penelitian tesis. Adakah sumbangan ide Bang Ozi? Banyak pilihan...
ReplyDelete