Menyelami Dunia Penelitian Sosial Keagamaan

Friday, 10 August 2018


Oleh Fathurozi
Melakukan penelitian keagamaan tak semudah membalikan telapak tangan, namun penuh perjuangan dan tantangan. Apalagi ketika melakukan penelitian di wilayah konflik berbau suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA). Bahkan, jika hasil penelitiannya dirasa merugikan kelompok tertentu, dianggap hasilnya mengada-ada atau pesanan. Tak ayal caci maki sering kali menampar muka peneliti.  
Di sela-sela kesibukannya menjadi seorang peneliti keagamaan 16 peneliti mambagikan cerita yang dialami selama di lapangan. Semisal godaan, tantangan dan jabatan jadi taruhan. Namun permasalahan ini dapat diatasi dengan trik-trik yang dikuasai oleh para peneliti.
Dalam buku terdapat 16 kisah yang sajikan para peneliti. Kisah yang dibahas mulai agama sempalan, naskah kuno, mitos dan peristiwa Tolikara. Dalam penulisan Alur  cerita beraneka ragam karena para periset memiliki bidang kepakaran yang berbeda-beda pula. Namun pembaca diajak menyelami dunia penelitian yang penuh kejadian yang menegangkan dan kejadian-kejadian lucu, konyol.
Sebelum melakukan penelitian biasanya peneliti mempersiapkan perlengkapan mulai surat tugas dari lembaga, surat rekomendasi dari Kesbangpolinmas. Dengan bekal perizinan belum tentu informan bersedia di wawancarai. Hal ini terjadi ketika meneliti kasus Bom Marriot. “Pelaku tidak mau di wawancarai oleh peneliti, berkat bantuan petugas lapas akhirnya pelaku mau di wawancarai,” (halaman 33).
Kebingungan juga di alami salah satu peneliti, harus melakukan penelitian di desa kutukan di wialayah Rembang. Mitosnya yang beredar di masyarakat, jika pejabat pemerintah yang masuk ke wilayah tersebut jabatannya akan lengser dan jika ada seorang PNS yang masuk juga akan mengalami nasib yang sama. Kebetulan Peneliti seorang PNS, sempat berpikir ulang melanjutkan penelitian atau membatalkan penelitian. Taruhnya jelas lengser menjadi PNS, namun ia memilih melanjutkan penelitian (halaman 143).
Gejolak batin, kebetulan peneliti baru saja ditinggal pergi istrinya. Namun tidak menjadi halangan menjalankan tugas dari kantor tempatnya bekerja. Tak ayal informan mengodanya, bukannya salah satu obyek penelitian Mas Aji ada yang masih single, jika Mas Aji mau, saya siap mengaturnya mempertemukan dengan kedua orang tuanya (halaman 150).
Kaget, Panik bercampur takut dialami Arifudin Ismail, ketika  sedang wawancara dengan informan, tiba-tiba muncul anjing dari kolom meja, spontan kakinya dinaikan di kursi sambil membaca ayat-ayat suci Alquran dan berzikir dalam hati (halaman 161). Begitu juga yang alami Zaenudin Daulay mengalami rasa cemas, takut ketika melakukan penelitian mencari fakta kasus Tolikara  (halaman 204).
Menarik apa yang dikatakan M. Bambang Pranowo, peneliti senior UIN Syarif Hidayatullah, dalam pengantarnya. Menurut dia, melakukan penelitian sosial atau keagamaan tidak semata soal teknis meneliti, tetapi tak kalah penting mengenai mindset, motivasi, curioursity, dan trik-trik dalam serangkai penelitian sosial.
Buku dengan tebal 238 halaman, cerita kejadian-kejadian yang tak disangka-sangka akan dialami peneliti dan tak mungkin dimasukan dalam laporan penelitian. Bisa dikatakan buku ini sebagai curatan para peneliti. Namun menarik dibaca bagi orang-orang yang berminat menjadi peneliti. 

Diresensi Fathurozi adalah Staf Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang
Identitas Buku:
Judul               : Cerita Meneliti, Kisah-kisah Unik Penelitian Keagamaan
Penulis             : Marzani Anwar, dkk
ISBN               : 978-602-1568-66-8
Tebal               : xvi+238 hlm
Cetakan           : Desember 2016
Penerbit           : Gaung Persada Press Jakarta


1 comment:

  1. Penasaran sama isinya. Itung2 cari amunisi buat penyemangat nentuin masalah penelitian tesis. Adakah sumbangan ide Bang Ozi? Banyak pilihan...

    ReplyDelete

 
Support : Modifikasi Website | cucubumi