Menimbang Nasib Keluarga Teroris

Saturday 25 February 2012

Oleh: Fathurozi

RAUT wajah teroris kurang menunjukan rasa penyesalan sedikit pun, perbuatanya dianggap sesuai ajaran agama, padahal ia telah membunuh orang-orang tak berdosa. Mungkin saja, ia melakukan itu, atas ketidaktahuan makna jihad sebenarnya. Namun, keyakinan ekstrem yang dianut pelaku menjauhkan keluarga mereka dari kelompok masyarakat..

Sebagian besar pelaku kurang mendalami ajaran agama, kekosongan spritiual lah yang menyebabkan idiologi radikal mudah masuk ke dalam pikiran alam bawah sadar. Doktrin yang mengatasnamakan kematian syahid seperti pejuang-pejuang zaman Nabi Muhammad SAW, bila tinjau lebih jauh, perjuangan para suhada zaman nabi, kurang tepat digunakan pada masyarakat modern sekarang ini.

Dalam aksinya, teroris kurang berfikir panjang tentang nasib istri dan anak-anaknya kedepan, bila kematian syahid yang ia cari, tetapi meninggalkan amanat dari Tuhan yakni memberi rasa aman, melindungi dan memberi nafkah. Bagaimana pertanggungjawaban di akherat? yang nyata-nyata telah menyengsarakan keluarganya.

Berdasarkan Q.S. ath-Thalaaq: 65 yaitu : "tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka..."

Kehidupan istri merupakan tanggungjawab seorang suami, suami kurang perkenankan mengahalangi istri untuk menuntut hak-haknya sebagai istri. Namun, suami yang berprofesi teroris telah mendoktrin istrinya agar patuh, selayaknya wayang yang dimainkan sesuai kehendak Dalang.

Ayat ini, dipertegas hadist Rasulullah SAW mengatakan bahwa "yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya" (HR. Tirmidzi no. 3895 dan Abu Dawud no. 4899).

Nasib Keluarga Teroris
Pasca meninggalnya suami, kehidupan keluarga teroris keluarganya, terutama sang istri tak lepas dari caci maki masyarakat, bahkan masyarakat kurang menghendaki mereka tinggal lama-lama di desa kelahirannya, padahal istri beserta anak kurang mengetahui persis aktifitas suami. Namun, merasakan dosa, yang tak pernah dilakukan..

Guncingan yang terus menerus diterima janda teroris, seakan-akan istri dan anaknya tak mempunyai hak hidup bermasyarakat. Ia juga sebagai manusia biasa yang memiliki perasaan dan tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain..

Kehidupan keluarga teroris tak menentu, terpaksa ia berpindah-pindah tempat tinggal demi kebaikan anak-anaknya kedepan, seperti yang diberitakan media ini, keluarga Istiada, istri Dulmatin, Zakia Darojat, istri Imam Samudra, dan Rina Yudi Astuti istri Urwah berada di Kampung Tulakan, Desa Godog, Kecamatan Polokarto Sukoharjo, Solo. Tiap teroris beraksi, keberdaan mereka ekspos media cetak maupun elektronik.

Di sisi lain, istri teroris berperan ganda sebagai seorang ibu dan kepala keluarga yang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Belum lagi, suatu saat nanti, jika anak perempuan, dipinang seorang laki-laki, pihak keluarga laki-laki bertanya asal usul keluarga? seorang istri akan kebingunan menjelaskan, bila diceritakan sebenarnya, khawatir lamaran dibatalkan sepihak.

Pernah suatu ketika, penulis bertanya ke beberapa teman perempuan, mengenai nasib istri teroris, rata-rata mereka, menjawab ikut prihatin atas derita yang dialami, yang sebenarnya ia tak pernah perbuat apa-apa namun terkena dampak dari suami yang kurang memperdulikan keluarga.

Sebagian besar kaum Hawa, mengidamkan seorang calon suami yang mempunyai sifat tanggungjawab dan perhatian pada keluarga. Maka dalam mewujudkan impiannya, kaum hawa harus pandai-pandai memilih calon suami dan terlebih dahulu mengetahui asal usul keluarga, profesi, agar nanti dalam membina keluarga terhindar dari problem klasik yang mengkekang kehidupan istri.

Masyarakat harus menjujung tinggi budaya, ramah tama, sopan satun dan religius, menerima mereka selayaknya saudara, jika para istri teroris beserta anaknya diasingkan, dikhawatirkan akan meneruskan jejak pemimpin keluarag. Pemerintah harus membimbing dan menjamin kehidupan keluarga teroris agar nantinya tak terjerus ke hal-hal negatif.

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Modifikasi Website | cucubumi