Oleh : Fathurozi
Judul buku : Aku Terpaksa Membunuh
Penulis : M Sanusi
Penerbit : FlashBook, Yokyakarta
Tebal : 194 halaman
Tahun : cetakan I, Desember 2010
Harga : Rp. 28.000,-
Ada dua puluh satu orang mantan tentara penentang perang yang dikisahkan M. Sanusi dalam buku bertajuk Aku Terpaksa Membunuh, ini. Banyak alasan diutarakan para veteran yang mayoritas pernah “terpaksa” berperang di Irak ini, sebagai dalih pembenaran sikap; menentang peperangan. Faktor dominan yang membuat mereka mengutuk perang adalah adanya pesanan kepentingan politik dan korporasi dari para elite, yang jelas menihilkan nilai-nilai kemunusiaan.
Perang Irak, kata para veteran
dalam buku ini, adalah perang yang menipu kepekaan hati para tentara demi
penguasaan ladang-ladang minyak konglomerat. Perang Irak senyatanya tak
bermotif menciptakan perdamaian dan pembebasan nurani.
Kisah Andre Stepherd misal,
mantan tentara Amerika yang pernah berperang di Irak ini awalnya menyangka dia
akan disambut dengan oleh penduduk Irak dengan senyuman, dengan bahagia dan
ceria, atau dengan tangan terbuka. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Orang-orang menyambutnya dengan sinis dan ingin membunuhnya. Ia kemudian meragukan
misi negaranya seperti kabar berita yang disampaikan secara manis oleh Presiden
Bush di media massa. (hlm. 54)
Buku ini juga mengisakan seorang
mantan veteran Belanda bernama Cornelis Princen, yang dibenci oleh negaranya
karena memilih bergabung dengan tentara
Indonesia melawan negaranya sendiri setelah mengetahui bahwa perang
Belanda vs Indonesia, hanya bermotif penjajahan. Di Belanda, Princen disebut
sebagai penghianat, tapi di Indonesia, ia pahlawan.
Para veteran lain dalam buku ini,
yang menyaksikan kejanggalan penyelenggaraan perang, melakukan pelbagai hal
untuk keluar dari tradisi kekerasan yang anti kemanusiaan itu. Ada yang
memutuskan untuk menekuni dunia seni, mencari suaka politik ke luar negeri,
menentang perang lewat internet, dan ada pula yang menulis perlawanan perang
lewat buku. Mereka adalah para pembangkang praktik menyimpang dari kemanusiaan,
perdamaian dan keadilan.
Bila Nazi Jerman berperang demi
kekuasaan Hitler dan keunggulan ras, maka veteran penentangnya berperang demi
perdamaian banyak bangsa. Bila tentara Amerika membombardir Irak demi
kepentingan ekonomi negara, maka, di antara sedikit para tentara yang menentang
itu, adalah pejuang perdamaian dan kebebasan seluruh tentara di dunia. Buku ini
jadi menarik karena kisah penolakan tragedi perang diungkap dari mantan
prajurit yang pernah berlaga di medan perang, bukan kalangan sipil.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !