Mempertegas Tegal sebagai Jepang-nya Indonesia

Wednesday 15 February 2012

Oleh Fathurozi

TEGAL berada di Provinsi Jawa Tengah. Kota Tegal dipimpin wali kota, sedangkan Kabupaten Tegal dipimpin bupati.

Kota Tegal berbatasan dengan Pemalang, Brebes. Kabupaten Tegal berbatasan dengan Kota Tegal dan Laut Jawa di utara, Kabupaten Pemalang di timur, Kabupaten Banyumas di selatan, dan Kabupaten Brebes di selatan dan barat.

Di Tegal terdapat kerajinan logam komponen alat berat seperti otomotif, kapal, listrik, kesehatan, senjata angin, aksesori, perbengkelan, pemadam kebakaran, peralatan pompa air, dan pembuatan kalung emas.

Kerajinan ini tersebar di kecamatan Warureja, Suradadi, Kramat, Adiwerna, Talang, Tarub, Lebaksiu, Bumijawa, dan Jalan Cempaka. Namun, masyarakat lebih mengenal kerajinan logam di dua kecamatan yakni Adiwerna dan Talang. Di situlah cikal-bakal berdirinya industri rumahan pertama di Jateng

Pemasaran hasil kerajinan Tegal menembus berbagai kota di Pulau Jawa dan luar Jawa. Tegal pernah dipercaya memproduksi suku cadang dari perusahaan otomotif dan menerima pesanan pembuatan kapal dari Tentara Nasional Indonesia.

Industri pengolahan logam di Tegal menyerap tenaga kerja sekitar 128.853 orang. Industri itu menduduki peringkat kedua penyumbang terbesar Pendapatan Domestik Regional Bruto yakni 25,81 persen. Di bawah perdagangan, hotel, dan restoran yang 28,64 persen. Tidak salah jika Tegal disebut sebagai Jepang-nya Indonesia.

Sekitar tahun 1970-an, industri logam mulai bergairah karena ketika itu ada salah satu pengusaha logam yang membeli 21 pesawat terbang dari Madiun, Jawa Timur. Dia menjadikan pesawat itu sebagai bahan baku industri dan sebagian lagi dijual kepada pengusaha lain.

Tahun 1980-an, mayoritas usaha logam dipindahkan ke kawasan lingkungan industri kecil di Desa Dampyak, Kecamatan Kramat.

Tahun 1997, krisis moneter melanda Indonesia, industri logam pun terkena dampaknya. Satu persatu gulung tikar karena bahan baku sangat mahal. Ditambah beberapa pelanggan ikut terkena krisis sehingga mengurangi pesanan dari industri Tegal.

Hidup matinya industri logam di Tegal tergantung pesanan. Jika hal ini dibiarkan, akan mengancam kelangsungan industri dan mungkin ungkapan Jepang-nya Indonesia hanya tinggal sejarah atau dongeng sebelum tidur. Untuk itu, perajin logam perlu inovasi baru yang lebih kreatif dan mampu bersaing di dunia internasional.

Fathurozi Warga Tegal, Aktif di Institute MISSI IAIN Walisongo Semarang

(Dimuat Kompas,di Rubrik Kota Kita 7 Januari 2010

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Modifikasi Website | cucubumi